Kesehatan Reproduksi dan Gizi 1000 HPK untuk Pencegahan dan Edukasi Stunting di Sumedang
Abstract
Masalah kesehatan reproduksi yang sering dihadapi remaja adalah kehamilan di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan dan perkawinan anak. Meningkatnya kasus perkawinan anak meningkatkan jumlah kehamilan remaja. Angka nasional menunjukkan terdapat 22 provinsi dengan pernikahan dini di Indonesia. Kehamilan di usia muda dan anemia berdampak buruk terhadap status gizi janin dan bayi. Anak-anak di bawah usia lima tahun yang lahir dari wanita yang menikah saat mereka remaja secara signifikan lebih mungkin untuk memiliki anak stunting. Sejalan dengan dengan masih tingginya angka perkawinan di bawah umur yang secara tidak langsung berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, maka tentunya hal tersebut juga akan memengaruhi pola pemberian gizi anak khususnya 1000 HPK di lokus pengabdian Sumedang Jawa Barat. Berdasarkan data Desa Cijeruk, subyek ibu menikah pada usia 22 Tahun, dan melahirkan anak dengan rerata BBL 3315 gram, PBL 49 cm. Menjaga kesehatan reproduksi remaja, khususnya remaja putri dengan penekanan mencegah budaya pernikahan usia remaja (dini) dan juga pemantauan pola pemberian gizi anak yang dilakukan secara berkala setiap 3-4 minggu sekali, merupakan salah satu bentuk kegiatan pegabdian mahasiswa kedokteran bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat yang efektif dilakukan untuk mencegah peningkatan kejadian stunting